SELAMAT DATANG,,
TERIMAKASIH BERKENAN MAMPIR,,,,
KONCO LAN SEDULUR KU,,

Thursday, April 8, 2010

Gua Putri Asih: Keajaiban Alam dari Kota Tuban

Bagi mereka yang berjiwa muda dan senang berpetualang, pesona obyek wisata Gua Putri Asih tak pernah dilewatkan begitu saja. Rasa penasaran akan tantangan dan keindahan, menjadi daya tarik tersendiri untuk menjelajahinya. Apalagi, di dalamnya bisa dijumpai aneka gugusan relief batuan atau stalaktit yang sangat menakjubkan.

Ingin menyaksikan keindahan stalaktit? Tak perlu pergi ke Gua Altamira di Spanyol atau Gua Mammoth dan Gua Carlsbad di Amerika. Karena, di Tuban, Jawa Timur, terdapat Gua Putri Asih. Gua yang terletak di Kecamatan Montong, tepatnya di tengah-tengah kawasan hutan jati petak 37, RPH Nguluhan, BKPH Mulyoagung, wilayah Perum Perhutani KPH Parengan ini memiliki stalaktit yang tak kalah menarik.

Dibanding gua-gua lainnya yang pernah diketemukan di dalam kawasan hutan. boleh jadi gua ini merupakan aset wisata yang paling menakjubkan. Maka tak salah jika banyak pihak meyakini bahwa gua yang baru diketemukan pada 7 September 2002 lalu itu, kelak mampu mengalahkan pesona gua-gua yang telah diketemukan sebelumnya, seperti Gua Akbar di lingkungan Pasar Baru Tuban; Gua Maharani di Paciran, Lamongan; Gua Lowo di Tulungagung; atau Gua Jatijajar di Kebumen. Jawa Tengah.

Sebab, ukuran gua itu jauh lebih besar dibanding Gua Akbar, yang selama ini dikenal sebagai gua terbesar di Tuban. Bebatuannya pun tak kalah indah dengan Gua Maharani, yang selama ini dikenal memiliki stalaktit dan stalakmit nan indah.

Ketika pertama kali diketemukan, aparat Perhutani setempat langsung melakukar upacara ritual, agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Bahkan, untuk mengakrab gua baru itu beberapa pegawai dan karyawan Perhutani KPH Parengan mengadakar Yasinan.

Ada dua dugaan asal-usul gua baru itu. Ada yang mengatakan, gua itu duh me maka tempat seorang putri yang sangat cantik. Indikasinya, ada bau wewangian di salah satu sudut gua. Tepatnya, di dekat pintu masuk ruangan IV, yang sementara ini merupakan batas akhis gua tersebut.

Selain itu, ada juga yang beranggapan bahwa gua tersebut dihuni hewan-hewan liar seperti harimau dan srigala. Indikasinya, di dalam gua tersebut ditemukan fosil gigi dan taring harimau yang umurnya diperkirakan telah mencapai ratusan tahun.

Lalu, dugaan mana yang benar? Sampai saat ini belum ada yang berani menjawab. Yang jelas, penemuan gua baru itu tak sama dengan gua-gua lainnya, khususnya dalam hal bau gua. Gua. Putri Asih baunya wangi dan tidak ada kelelawar di dalamnya. Keadaan lantai guanya pun cukup bersih, tidak ada kotoran sama sekali.

Karena berbeda dengan gua-gua lainnya itulah, maka gua yang baru diketemukan itu diberi nama: Gua Putri Asih. Konon, nama itu merupakan hasil pembicaraan dengan tokoh masyarakat dan kiai setempat. Maksud dari pemberian nama Putri Asih, sekedar untuk menghargai leluhur yang mungkin dulu pernah menghuni gua itu.

Dilihat dari luar, memang tak terlihat kalau di dalam gua itu tersimpan keindahan batuan stalaktit dan stalakmit. Petualangan yang indah di dalam Gua Putri Asih ini, dimulai dari gerbang utama lorong masuk pintu gua.

Untuk sementara ini, dari hasil penggalian yang sudah dilakukan, baru diketemukan empat ruangan gua. Sudah barang tentu tidak menutup kemungkinan jumlah ruangan gua ini akan terus berkembang, jika penggalian diteruskan menelusuri lorong-lorong gua. Konon, menurut cerita masyarakat setempat, loronglorong gua itu bisa tembus ke Laut Jawa. Benar atau tidak, memang masih perlu penelitian lebihjauh.

Yang jelas, pada tiap bagian ruangan gua terdapatjenis stalaktit yang berbeda. Ada yang menjulur dan terurai seperti selendang, ada yang gemerlapan seperti batu permata, ada yang ornamennya seperti buah catur, dan ada pula yang mirip dengan patung yang timbul dari dalam tanah.

Untuk masuk ke dalam gua, ada tigajalan yang bisa dipilih. Pertama, melalui anak tangga dari tali dengan ketinggian sekitar 20 meter. Kedua, melalui anak tangga dari bambu dengan tinggi sekitar 10 meter. Ketiga, melalui anak tangga setinggi dua meter, kemudian menelusuri lorong gua. Bagi yang takut ketinggian, jalan paling mudah dan paling aman adalah jalan yang terakhir.

Setelah menelusuri jalan pintu masuk gua tersebut, terdapat satu ruangan gua yang cukup lebar. Ruangan ini merupakan ruangan utama, setelah pintu masuk. Di dalam ruangan ini, sinar matahari masih bisa menembus lantai dasar gua.

Dari ruangan pertama, jika perjalanan dilanjutkan akan membawa kita ke dalam ruangan kedua yang tidak begitu lebar. Aneka stalaktit yang memukau kita, akan dapat dijumpai di ruangan kedua ini. Ada yang bercahaya dan bersinar gemerlapan seperti bola kristal, ada pula yang berwana putih kemilau seperti batu permata.
Setelah menelusuri lorong yang cukup sempit sepanjang kurang lebih 5 meter, kita akan sampai pada bagian ruangan ketiga. Di dalam ruangan yang tidak seberapa lebar ini terdapat ornamen-ornamen gua yang sangat memukau. Aneka bentuk stalaktit dapat dijumpai di sini. Bahkan, ada yang mirip patung gajah atau binatang lainnya yang seolah-olah muncul dari dalam perut bumi.

Perjalanan selanjutnya menelusuri gua Putri Asih ini, akan membawa kita ke dalam ruangan atau bagian IV. Di sinilah bau wewangian itu berada. Memang suasananya terkesan lain dibandingkan dengan bagian gua sebelumnya. Sebab, selain ruangannya paling sempit hingga jumlah pengunjung dibatasi, ada terkesan suasana magis tersendiri jika berada di dalam ruangan ini. Suasananya yang sunyi dan gelap, sedikit mencekam perasaan kita.

Untuk sementara ini, baru empat bagian gua itulah yang berhasil digali. Tapi tidak menutup kemungkinan, jika penggalian diteruskan, bagian-bagian atau ruangan gua itu akan bertambah lagi. Nah, kapan ke sana?

Sumber: SuaraMerdeka

Saturday, April 3, 2010

Berwisata di tuban

Pengunjung harus merunduk ketika memasuki salah satu celah kecil dalam gua. Celah seluas sekitar 50 cm x 30 cm tersebut hanya cukup untuk satu orang. Karena itu harus antri satu-satu untuk masuk ke celah itu.. Setelah melewati celah kecil tersebut pengunjung sampai di sebuah ruangan seukuran sekitar 2 m x 4 m setinggi 2 ,5 m. Gua kecil di dalam gua tersebut bernama Pasepen Kori Sinandhi. Hingga saat ini, kadang-kadang ada orang bermeditasi di dalam gua kecil tersebut. Karena itulah disebut pasepen yang berarti tempat bertapa (meditasi). Pasepen Kori Sinandhi hanya salah satu gua kecil di dalam Gua Akbar. Gua yang ditemukan pada 1998 ini merupakan gua terbesar di Tuban, Jawa Timur, sekitar 100 km dari Surabaya, ibukota Jawa Timur. Melalui jalur darat perlu waktu sekitar 2 jam. Tuban merupakan kota tua di bibir pantai utara Jawa Timur. Karena letaknya ini, pada 1275 , Tuban sudah menjadi pelabuhan bagi saudagar Cina yang datang ke Jawa. Beberapa pedagang Cina tersebut menetap di kota yang resmi dinamakan Tuban pada 12 November 1293 ini. Tuban termasuk salah satu kota kecil dengan komunitas Cina yang kuat. Kebudayaan Cina tersebut terlihat pada klenteng-klenteng (tempat ibadah orang Budha Cina) di Tuban. Salah satunya adalah Klenteng Kwan Sing Bo, di tepi jalan Deandles Tuban. Klenteng ini unik karena menggunakan kepiting pada pintu gerbangnya. Padahal biasanya klenteng menggunakan naga. Klenteng di kelurahan Karangsari, Tuban ini tidak hanya dikunjungi umat setempat tapi juga umat dari Malaysia dan Singapura. Tuban juga mempunyai peran dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Salah satu dari sembilan wali (wali songo), kelompok penyebar agama Islam di Indonesia, berasal dari Tuban yaitu Sunan Bonang. Makam Sunan Bonang, di areal masjid Agung Tuban, di sebelah barat alun-alun kota menjadi tempat ziarah umat Islam di Indonesia, juga tempat wisata bagi umat lain. Desain masjid Agung dengan menara-menara runcing menjadi daya tarik tersendiri. Selain klenteng Kwan Sing Bo dan masjid Agung, objek wisata lain di Tuban adalah museum Kambang Putih, pemandian air panas Prataan, pantai Panyuran, serta ratusan gua. Saking banyaknya gua di Tuba, kota ini juga biasa disebut Kota Seribu Gua. Potensi wisata ini didukung transportasi dan hotel yang mudah. Tuban masuk jalur utama perjalanan darat dari Surabaya ke Jakarta. Sedangkan hotel tersedia di beberapa tempat dengan harga antara Rp 25.000- Rp 250.000. Tempat wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan lokal adalah Gua Akbar itu tadi. Gua yang masuk kelurahan Gedongombo, kecamatan Semanding ini berjarak sekitar 1 km dari pusat kota, sehingga sangat mudah dicapai. Sejarah berdirinya Kota Tuban, kedatangan saudagar Cina, hingga cerita tentang Sunan Bonang tergambar di relief di halaman gua seluas sekitar dua hektar ini. Pengunjung gua menjelajah gua menyusuri jalan berpaving dan berpagar besi. Di beberapa bagian gua ada pendapa yang sekaligus menjadi tempat istirahat. Ada tempat duduk di sana. Sebenarnya stalaktit dan stalakmit di gua ini tidak terlalu bagus. Paling tidak masih kalah dengan Gua Maharani yang berada di Paciran, Lamongan, sekitar 30 km dari Tuban. Namun karena guanya luas, tempat ini lebih tertata sehingga terkesan menarik. Dalam sehari ribuan wisatawan datang ke tempat ini. Penataan gua terlihat melalui penamaan tempat-tempat tertentu. Penamaan tersebut, menurut Agus Pramono, 42 tahun, pemandu lokal, disesuaikan bentuk stalaktit maupun stalakmit. Misalnya Pendapa Sangga Langit karena tempat ini bentuknya seperti pendapa ( tempat pertemuan) dengan empat pilar seperti menyangga langit. Cahaya redup di gua membuat suasana temaram sehingga gua terlihat lebih berwarna merah. Pendapa ini, kata pemandu yang bekerja sejak 1998 tersebut, dulunya juga digunakan Wali Songo untuk berkumpul. Pendapa lain di dalam gua ini adalah Pertapaan Andong Tumapak, Pendapa Watu Lapak, Pertapaan Sela Kumambang, Pendapa Sela Gumelar, dan Mahapandhapa Sri Manganti. Pendapa terakhir tersebut paling luas dari semua pendapa. Luasnya sekitar 20 m x 20 m dengan tinggi sekitar 5 m. Pendapa ini biasanya digunakan beristirahat dan berfoto. Di tempat ini ada pula Sasono Budo Budoyo, tempat orang bermain irama musik lokal. Salah satunya paguyuban kota tuban. Stalaktit maupun stalakmit di Gua Akbar bentuknya beragam. Ada yang seperti harimau sehingga disebut Sela Sardula, berarti batu harimau. Stalakmit lain dinamakan Sela Turonggo karena sekilas berbentuk kuda. Di sebelah stalakmit ini ada telaga kecil yang menurut Agus dalamnya mencapai 35 meter. Beberapa wisatawan memanfaatkan air tersebut untuk cuci muka, bahkan ada yang meminumnya. Perlu waktu antara 30 menit sampai satu jam untuk menjelajahi seluruh bagian gua. Hingga kemudian berakhir di sebuah musholla di dalam gua. Ini menjadi daya tarik tersendiri. Hal lain yang menarik adalah karena persis di atas gua ini ada Pasar Baru, pasar terbesar di Tuban. Karena itu, tidak susah untuk mencari souvenir untuk dibawa pulang. Batik Tuban bisa jadi pilihan souvenir yang menarik. Sebab batik dari sutra ini hanya diproduksi di kabupaten Tuban seperti desa Margorejo, kecamatan Ngerek; desa Bongkol, kecamatan Tuban; dan desa Karang, kecamatan Semanding. Pembuatannya secara tradisonal baik pemintalan benang maupun pembatikannya. Batik buatan tangan yang sudah menembus pasar internasional ini tersedia di setiap kios sehingga, harganya bersaing. Berdasarkan UU No. 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Kabupaten di Jawa Timur termasuk Kabupaten Tuban. Sejarah Pemerintahan diawali pada jaman kerajaan Mojopahit tepatnya ketika peristiwa agung pelantikan Ronggolawe untuk menjadi Adipati Tuban pertama oleh yang mulia Raja Mojopahit Raden Wijaya. Pelantikan dilakukan pada tanggal 12 Nopember 1293 yang akhirnya oleh Pemda Tuban ditetapkan sebagai Hari Jadi Tuban. Sedang sejarah pengembangan Agama Islam diawali dengan kepeloporan Sunan Bonang dan murid kesayangannya Sunan Kalijaga yang asli Putra Tuban sekitar abad ke 13.